Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Dipaksa Dulu Nanti Terbiasa, Benarkah Demikian?

Dipaksa Dulu, Nanti Terbiasa

Pendidikan karakter Dipaksa Dulu Nanti Terbiasa
Ilustrasi Anak yang dipaksa belajar. Photo istockphoto.com


Gurusd.id - Sering kali kita mendengar di masyarakat, bahwa untuk menjadi kebiasaan harus dengan dipaksa terlebih dulu. Apakah benar demikian? Artikel ini mengajak kita bersama untuk berefleksi apakah benar dengan dipaksa murid akan menjadi terbiasa dan muncul disiplin dalam dirinya?


Contoh kata-kata dari Seorang guru kepada Muridnya: "Kalian semua, wajib ikut renang, Anak-anak, kalian harus ikut les privat sama ibu ya, Inikan gampang, masa gitu aja nggak bisa."


Pernahkah Ibu dan Bapak Guru waktu kecil dulu mengalami dipaksa untuk melakukan suatu aktivitas? Atau mungkin sebagai guru dan orangtua pernah memaksa anak atau murid kita?


Memaksa terkadang bisa berhasil, setidaknya untuk jangka pendek. Mungkin anak pada saat itu akan melakukannya karena rasa takut.


Namun, ada dampak jangka pangjang yang mungkin tidak kita sadari, yaitu:

  1. Perilaku tidak akan jadi kebiasaan dalam jangka panjang. Karena perilaku itu hanya akan dilakukan jika ada paksaan dari luar, karena perilaku tersebut bukan muncul dari kesadaran internal.
  2. Akan hilang ketertarikan bahkan muncul antipati terhadap kegiatan yang dipaksakan, misalnya anak yang dipaksa les musik, mungkin malah akan muncul antipati pada musik, bukan karena musiknya, tetapi karena pemaksaannya.
  3. Kemerdekaan berekspresi dan potensi anak menjadi terbatas.


Tiga dampak pemaksaan diatas, tentu saja bertolak belakang dengan perilaku disiplin yang kita harapkan.


Ki Hajar Dewantara menyiratkan bahwa disiplin yang kuat adalah syarat utama untuk mencapai kemerdekaan, dalam konteks pendidikan, untuk menciptakan murid yang merdeka diperlukan disiplin yang kuat yaitu disiplin diri, dan memiliki motivasi internal.


Sungguhpun disiplin itu bersifat 'self disciplilne' yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja, sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplikan diri kita.


Sementara merdeka menurut Ki Hajar Dewantara yaitu "tidak hanya terlepas dari perintah, akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri" dan peraturan demikian itulah harus ada didalam suasana yang merdeka.


Hal yang sama diungkapkan oleh Diane Gossen bahwa disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sesuatu tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna.


Sebagai pendidik, kita sebaiknya menerapkan cara-cara yang lebih positif ketika meminta murid melakukan sesuatu tanpa harus memaksa.


Diantaranya dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Mengajak/mendorong murid melakukan kegiatan yang membuat mereka senang.
  2. Membantu murid untuk menemukan inspirasinya.
  3. Membuka ruang dialog dengan murid.


Nah, Ibu dan Bapak Guru, sekarang mari kita refleksikan bersama:

  • Apakah kita cenderung memaksa murid untuk patuh mengerjakan sesuatu?
  • Atau dengan kita melakukan cara-cara lain yang membuat murid merasa senang dan dihargai dalam mengerjakan sesuatu?
  • Bagaimana rasanya ketika melakukan sesuatu tanpa dipaksa?


Lalu Cara seperti apa yang ingi di praktikkan di kelas? Selamat belajar Ibu dan Bapak Guru Hebat! Salam dan Bahagia!


Kesimpulan: Ternyata, untuk terbiasa tidak perlu dipaksa.  


Tonton Video Terkait Disiplin Positif "Dipaksa Dulu Nanti Terbiasa"

Post a Comment for "Dipaksa Dulu Nanti Terbiasa, Benarkah Demikian?"